Thursday 15 January 2015

Tubuh Kota



Ayah,
Malam terlalu pagi untukku pulang
Mataku masih terang sepertinya
Menjengkal tiap sisi tubuh kota
Merasakan lagi pelukannya yang  kau larang

Langkahku  tersesat disergap indah raganya
Ke lekuk paling cekung  
Ditelan ke dasar perut
Dibuai ke batas lalai
Aku dibinasakan

Tidak ayah,
Aku tidak tersesat
Aku hafal tiap liku dan simpang,
Aku biasa mencium kecutnya
Aku memang ingin direngkuhnya

Jadi, jangan minta aku pulang
Lelaplah

Saat malam tanpa sunyi
Debat kehilangan kata
Habis rima dalam sajak
Aku menyerah pulang



Bandar Lampung, November 2014

Bingkai (Rahman)



Ibu selalu tersenyum menatap bingkai hitam
Bingkai yang digantung di ruang tamu
Tempat orang-orang berkumpul di hari minggu
Tak ada foto keluarga dan pajangan

Ibu juga selalu menceritakan bingkai itu
Pada siapapun yang berkunjung
Matanya binar tapi berkaca-kaca

Kadang ia duduk sendirian dibawahnya
Seperti sedang terjadi obrolan disana
Diselangi tawa dan sesekali isakan


Gedung Tataan, Juni 2014

Sebentar


Apa yang bisa kita ingat dari obrolan yang sebentar
Dari pertemuan yang penuh debar
Di halaman gedung pertunjukan tua
Pada cuaca lembap yang membuat hari jadi singkat
Selain mataku yang salah tingkah
Kau yang menatap heran
Serta senyum tipis di tiap sudut bibir mereka




 Juni 2014